Oleh: Yulfi Alfikri Noer S.IP., M.AP
(Akademisi UIN STS Jambi)
Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya . Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" ~Soekarno. Ungkapan Bung Karno di atas tidak hanya sekadar retorika, melainkan sebuah visi yang menempatkan pemuda sebagai penggerak utama perubahan. Di tengah tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan berbagai problematika sosial, pemuda tetap menjadi harapan bangsa untuk mengguncangkan dunia dengan semangat dan idealismenya. Namun, di era ini, tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Pemuda tidak hanya dihadapkan pada isu kemiskinan dan ketidakadilan, tetapi juga ancaman yang lebih subtil, seperti narkoba yang merusak masa depan bangsa.
Dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 dengan tema Maju Bersama Indonesia Raya, Pemuda Sehat Berkarakter dan Anti Narkoba, kita diingatkan akan pentingnya kesehatan fisik dan mental sebagai pondasi bagi generasi muda yang berdaya saing. Karakter yang kuat, dibangun di atas nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab, akan melindungi pemuda dari godaan narkoba yang berpotensi menghancurkan masa depan.
Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda yang memiliki visi, semangat, dan karakter kuat mampu mengubah arah perjalanan bangsa. Dalam konteks saat ini, tantangan bagi pemuda Indonesia adalah bagaimana menjadi agen perubahan yang sehat, berintegritas, dan bebas dari jeratan narkoba. Hanya dengan pemuda yang berkarakter kuat dan bebas dari narkoba, harapan Bung Karno untuk mengguncangkan dunia dapat terwujud.
Dengan semangat yang diwariskan oleh para pendahulu, kita harus mengingat bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa ini tidak pernah selesai. Dalam konteks masa kini, perjuangan pemuda bukan lagi melawan penjajahan fisik, tetapi melawan berbagai bentuk penjajahan modern yang mengancam masa depan mereka, seperti narkoba, hedonisme, dan pengaruh negatif lainnya. Menjadi pemuda yang sehat dan berkarakter berarti mampu memilih jalan yang benar di tengah arus informasi yang deras dan godaan yang tak terelakkan.
Bahaya narkoba bagi pemuda bukanlah hal sepele, dan berbagai penelitian serta pendapat para pakar menunjukkan betapa narkoba bisa menjadi ancaman serius bagi generasi penerus bangsa. Banyak ahli sepakat bahwa masa remaja hingga dewasa muda adalah periode yang sangat rentan terhadap pengaruh narkoba. Dr. Irwanto, seorang pakar adiksi dari Universitas Atma Jaya, mengungkapkan bahwa narkoba merusak kesehatan fisik dan psikologis pemuda, terutama karena otak mereka masih dalam tahap perkembangan. Menurutnya, penggunaan narkoba pada usia muda bisa menghambat perkembangan otak, terutama pada bagian yang terkait dengan pengambilan keputusan, kontrol emosi, dan penalaran logis. Akibatnya, pemuda yang menggunakan narkoba cenderung mengalami penurunan kemampuan akademik dan berisiko terjebak dalam lingkaran kecanduan.
Penelitian dari Badan Narkotika Nasional (BNN) juga menegaskan hal ini. Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian besar pengguna narkoba di Indonesia adalah pemuda, dengan rentang usia 15 hingga 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda adalah target utama peredaran narkoba, yang bertujuan untuk merusak potensi mereka sebagai calon pemimpin bangsa. BNN menekankan bahwa efek narkoba bukan hanya pada kesehatan fisik seperti kerusakan organ tubuh, tetapi juga pada aspek sosial dan psikologis, seperti hilangnya motivasi, ketidakstabilan emosional, dan perilaku antisosial.
Pakar kesehatan mental, Dr. Hasto Wardoyo, juga mengungkapkan bahwa narkoba berdampak besar pada kesehatan mental pemuda. Menurut penelitiannya, penggunaan narkoba, terutama dalam jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, hingga skizofrenia. Efek ini semakin parah jika pemuda terjebak dalam penggunaan narkoba sejak usia dini, karena mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal. Hal ini pada gilirannya akan berdampak negatif pada kualitas generasi muda di masa depan.
Studi dari World Health Organization (WHO) juga mendukung pandangan para ahli tersebut. Menurut WHO, remaja yang terpapar narkoba lebih rentan mengalami perilaku berisiko tinggi, seperti kekerasan, hubungan seksual yang tidak aman, dan tindak kriminal. Selain itu, mereka juga berisiko lebih tinggi terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan mengalami gangguan kesehatan yang berkelanjutan. WHO menekankan pentingnya upaya preventif dengan memberikan edukasi sejak dini dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan pemuda yang sehat.
Dengan bukti-bukti ilmiah yang kuat ini, tidak dapat disangkal bahwa narkoba adalah ancaman nyata bagi pemuda Indonesia. Oleh karena itu, Hari Sumpah Pemuda dengan tema " Maju Bersama Indonesia Raya, Pemuda Sehat Berkarakter dan Anti Narkoba" menjadi sangat relevan. Ini bukan hanya peringatan, tetapi juga seruan untuk meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya melindungi generasi muda dari ancaman narkoba. Kita perlu memperkuat dukungan kepada pemuda, baik melalui pendidikan, kampanye kesehatan, maupun penegakan hukum yang tegas terhadap peredaran narkoba.
Pemuda adalah aset terbesar bangsa, dan masa depan Indonesia tergantung pada kualitas mereka. Maka, tugas kita semua adalah memastikan bahwa mereka terhindar dari bahaya narkoba dan tumbuh menjadi generasi yang kuat, berkarakter, dan siap mengguncangkan dunia dengan prestasi, bukan terperangkap dalam kegelapan yang menghancurkan masa depan mereka. Seperti yang dikatakan Bung Karno, "Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia," tetapi hanya jika sepuluh pemuda itu sehat, bersih, dan berkarakter kuat, bebas dari jerat narkoba yang melemahkan potensi mereka.
Oleh karena itu, peringatan Hari Sumpah Pemuda kali ini adalah momentum bagi generasi muda untuk merefleksikan peran mereka dalam menjaga masa depan bangsa. Pemuda sehat, berkarakter, dan anti narkoba bukan hanya sekadar slogan, tetapi sebuah panggilan untuk bertindak nyata dalam menjaga masa depan Indonesia yang gemilang dan Bersinar (Bersih dari Narkoba).