Iklan

terkini

Cerdas Itu Mahal

Rabu, 28 September 2022, September 28, 2022 WIB Last Updated 2022-09-28T04:58:33Z



Penulis : Jamhuri – (Direktur Eksekutif LSM Sembilan).


Jambinow.id - Negara Kesejahteraan (Welfare State) menuntut kompetensi, kredibilitas, dan akuntabilitas kinerja setiap Penyelenggara maupun Pejabat Negara dalam mewujudnyatakan campur tangan Pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat dalam menjalani hidup dan kehidupan sebagai makhluk sosial dalam suatu wilayah pemerintahan sebagai organisasi kekuasaan. Campur tangan Pemerintah yang terwujud dalam suatu kebijakan publik (Publict Policy) yang mampu mengakomodir kesejahteraan umum yang sesuai dengan norma dan kaidah serta etika peradaban Pancasilais.

Suatu kebijakan yang terukur sesuai dengan kaidah dan norma budaya konstitusional yang berlaku dan diyakini sebagai suatu perikatan moril yang disepakati antara pemerintah dengan masyarakat, antara penguasa dan yang pihak yang memberikan kekuasaan (rakyat). Adalah suatu Pemikiran yang keliru jika rakyat atau masyarakat dianggap sebagai obyek kekuasaan ataupun sebagai pihak yang dikuasai. 

Bagaimana pemberi kekuasaan akan dijadikan obyek kekuasaan. Apapun bentuk Kekuasaan tidak akan pernah dapat diwujudkan tanpa adanya pendelegasian kekuasaan. Dari sini maka terjadilah hubungan sosial dengan konsep saling memberi dan menerima bersifat temporary (sementara). Kekuasaan yang akan berlangsung dan bertahan dalam genggaman serta berada dipundak sangat bergantung pada penilaian yang dilakukan oleh pihak pemberi kekuasaan terhadap karakteristik dan kwalitas kebijakan yang dilakukan oleh pihak penguasa sebagai penerima amanah, sebagaimana konsep adagium yang menyatakan bahwa Suara Rakyat adalah Suara Tuhan (Vox Populi, Vox Dei), yang adalah merupakan suatu interpretasi dan manivestasi daripada konsep kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. 

Kedaulatan rakyat yang identik atau digambarkan sebagai sesuatu kekuatan yang mendekati sama dengan kekuatan Suara Tuhan tidak akan pernah terwujud sebagaimana mestinya hanya karena manisnya ungkapan - ungkapan romantis yang bersifat sebagai penghias bibir (lipt services) serta bersifat retotika semata. Kesalahan dalam pemberian dan/atau Pendelegasian kekuasaan utama kepada pemegang kekuasaan selanjutnya akan sangat menentukan dan/atau menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi berada dalam penderitaan dengan menuai kesengsaraan sebagai hasil panen. 

Phyramida Kekuasaan mengatur pendelegasian kekuasaan dari sipenerima puncak kekuasaan akan kembali melakukan pemberian kekuasaan atau kembali mendelegasikan kekuasaan yang diterimanya kepada pihak lain sebagai pembantu dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)nya sebagai abdi rakyat dan/atau abdi negara untuk melayani dan mengayomi serta melindungi kepentingan dan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Kwalitas Kebijakan Penerima kekuasaan utama akan sangat bergantung dan tergantung pada bagaimana kwalitas karakteristik pikiran daripada para pembantu pelaksanaan kekuasaannya sesuai dengan ikrar yang diucapkan sewaktu menghadirkan Tuhan sebagai saksi.

Rakyat sebagai pihak pemegang kedaulatan yang tertinggi dan/atau sebagai pihak penerima dan yang merasakan bagaimana nilai-nilai kebijakan yang dibuat penguasa yang akan menyentuh sendi-sendi kehidupan sosialnya, tentunya akan sangat berhak untuk menilai dan mengevaluasi kebijakan yang dibuat dan ditetapkan oleh pengambil keputusan (Decision Maker) dan/atau pembuat kebijakan tersebut. 

Misalnya tentang bagaimana Pendidikan yang bermotivasi dan berorientasikan pada mutu ataupun kwalitas kecerdasan kehidupan bangsa dengan tidak menjadikan pendidikan sebagai suatu komoditas perdagangan eksklusif yang berharga sangat mahal. Tolak ukur ataupun Barometer utama daripada kesejahteraan sesuatu kaum ataupun sesuatu bangsa amat sangat tergantung dari bagaimana proses kaum atau bangsa itu terdidik dan dididik oleh pemilik otak yang berisikan pikiran-pikiran berisikan dengan pemikiran profesional yang mengerti tentang pendidikan. 

Gambarannya Seorang Pelatih Renang Profesional tidak akan mungkin mampu melahirkan atlit - atlit ataupun para pemain sepak bola Profesional dengan hanya menonton pertandingan sepak bola, atau sesama pelatih sepak bola akan memiliki kwalitas yang berbeda. Perbedaan Managerial seorang Manager menentukan itensitas kwalitas pemain. Rata-rata semua orang bisa mengendarai kendaraan tapi tidak semua pengendara bisa jadi Pembalap. Pemain Sepak Bola dijadikan sebagai Pembalap hanya akan menghadirkan potensi kecelakaan yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika seseorang Pembalap Profesional ditempatkan sebagai seorang pemain sepak bola profesional tentu akan lebih banyak kehilangan bola daripada mencetak goal ke gawang lawan dan hanya akan mempertunjukan kemampuan memacu kaki untuk berlari sekencang-kencangnya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan dan/atau pergeseran nilai-nilai dari suatu peradaban seperti pergeseran dari era zaman batu ataupun zaman purbakala ke zaman modren hingga sampai kepada zaman mileneal seperti sekarang adalah hasil dari pikiran - pikiran yang telah terdidik yang diterima dari hasil mengikuti pendidikan yang dilakukan dan diberikan secara profesional sehingga melahirkan sosok-sosok para pemikir dengan pikiran yang berkwalitas untuk membangun suatu peradaban bangsa yang lebih maju dalam suatu tatanan sosial yang berharkat dan bermartabat manusiawi yang memiliki etika moral dan harga diri. 

Salah satu indikator utama pembeda antara manusia dengan binatang dan makhluk lainnya seperti Iblis, Jin dan Syaithan adalah akal dan pikiran. Akal yang akan dapat dipergunakan secara maksimal adalah akal yang terbentuk dari otak yang terisi dengan pikiran-pikiran yang terlatih menjalani suatu pendidikan tertentu hingga melahirkan konsep pengenalan terhadap materi-materi perbedaan yang secara universal akan membedakan antara manusia dengan keempat jenis makhluk selain manusia tersebut. Dengan kemampuan membedakan ciri dan karakteristik makhluk tidak mulia tersebut akan mampu melahirkan suatu bentuk pemikiran yang tidak akan menyandera pikiran-pikiran orang lain untuk dijadikan sebagai alat pemuas nafsu duniawi ala hukum rimba.

Pemikiran yang dilakukan dengan cara mengabaikan kepentingan dan kebutuhan menyangkut hajat hidup orang banyak dilakukan dengan cara mengutamakan dan/atau mengedepankan kepentingan-kepentingan politis individualisme yang bermotivasi dan berorientasikan pada keuntungan (profite orientite) semata serta demi semata - mata kepentingan untuk menjamin kelanggengan ataupun keabadian kekuasaan.

Tujuan negara untuk menjaga segenap tumpah dara Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan kesejahteraan umum, sangat tidak mungkin akan pernah terwujud sebagaimana mestinya selama pendidikan masih dikelola dengan pikiran-pikiran kerdil yang memperalat amanat konstritusional sebagai alat mencapai suatu tujuan dan kepentingan pribadi. Selama masih ada dan dipergunakan pandangan yang meyakini bahwa Kebodohan dan Kemiskinan adalah merupakan aset utama bagi komoditas bisnis dan kekuasaan maka selama itu pula pendidikan akan terbelenggu di dalam penjara - penjara kepentingan. Suatu konsep pemikiran yang menempatkan Nurani berada pada level terendah dibawah Nalar, Naluri dan Nafsu, serta akan menempatkan ekspektasi masyarakat hanya sebatas ilusi, bak mimpi di luar tidur ataupun hanya sebatas angan-angan dan hayalan. 

Kwalitas Pendidikan tidak tergantung pada berapa ukuran biaya komersialisasi dan eksklusif serta eksekutifnya sarana dan prasarana yang dipergunakan, akan tetapi diukur dari berapa banyak pendidikan mampu melahirkan pemikir-pemikir yang memiliki kwalitas, kredibilitas dan dedikasi moral serta etika manusiawi sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon) dalam upaya mencapai kesejahteraan hidup. Kebodohan dan Kemiskinan suatu pasangan yang tak akan pernah terpisahkan. Dengan kebodohan maka manusia akan semakin mudah untuk ditaklukan dan kuasai serta diperbudak, dengan kemiskinan tentunya akan semakin lemah daya perlawanan dalam melaksanakan upaya meminta pertanggungjawaban kepada pihak penerima amanah atas kekuasaan yang telah diberikan. 

Kecerdasan tidak datang lewat mimpi, tidak ada Kecerdasan tanpa pendidikan. Kecerdasan yang mendasar dan ilmiah akan menciptakan formula ilmiah yang bermutu, dan/atau untuk melakukan perubahan positif dalam membangun bangsa ataupun kemampuan untuk menilai dan/atau mengevaluasi kembali sesuatu kebijakan publik (Publict Policy), yang diambil dan ditetapkan. Pendidikan dengan tanpa kwalitas akan melahirkan saudara kembar yang tak akan terpisahkan yaitu Kebodohan dan Kemiskinan.  

Dua Predikat sosial yang akan mewujudnyatakan kebenaran dari amanah pribahasa bangsa Latin yang mengatakan bahwa Manusia adalah Serigala bagi Manusia lainnya (Homo Homini Lupus), yaitu sesuatu ungkapan yang menggambarkan bagaimana manusia meng-eksploitasi dan memobilisasi hajat hidup orang banyak dalam upaya untuk memenuhi kwantitas dari intensitas suatu kepuasan akan kepentingan pribadi dan/ataupun golongan. 

Kebodohan akan menempatkan manusia berada pada posisi level terendah sebagaimana pandangan Aries Toteles dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa “Manusia adalah hewan yang bermasyarakat (Zoon Politicon)”. Suatu gambaran yang memiliki hubungan dengan tatanan status sosial masyarakat yang menempatkan posisi sang penerima amanah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat atau masyarakat ataupun pemimpin adalah dealer janji sebagaimana pendapat Napoleon Bonaparte. Hanya ada sifat atau karakteristik keinginan dari Janji yaitu ditepati ataupun diingkari, ketika ditepati manusia akan kembali kepada kodratnya semula sebagai makhluk mulya dengan kafasitas sebagai khalifah (Pemimpin). Pada saat diingkari manusia akan kembali kepada peradaban purbakalanya dengan panik akan kembali mengedepankan dalih dan dalil agar selamat dengan kembali menyajikan janji dan mencari kambing hitam sebagai suatu alasan untuk menutupi suatu kegagalan.  

Secara harfiah Wikipedia memberikan pengertian Dealer adalah toko penting di pasar yang membuat pasar di sekuritas dan menjamin sekuritas serta akan memberikan layanan investasi kepada investor. Suatu ilustrasi adanya hubungan emosional antara sejumlah benda dari alam yang berbeda karakteristik, di satu sisi Dealer dan Investasi adalah benda mati dan investor adalah benda hidup (manusia). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Wikipedia dalam menterjemahkan kata-kata dealer memberikan terminologi dengan menganologikan bahwa Napoleon Bonaparte menganggap bahwa penguasa ataupun pemimpin adalah Investor dan kekuasaan adalah investasi, serta singgasana dan istana adalah perabot - perabot Dealer, atau dengan kata lain pemimpin adalah gudang kebohongan. 

Berdasarkan pengertian dari terjemahan konsep dealer dan pengertian dari pribahasa bangsa Latin diatas maka sesuatu hal yang dapat dianggap sangat wajar dan sesuai dengan kodrat manusiawi, ketika pemengang kekuasaan khususnya menyangkut tentang dunia pendidikan akan berpikir dengan bermotivasikan dan berorientasikan pada keuntungan (profite), secara alami tidak ada satu orang pun Investor yang tidak menginginkan keuntungan, dengan sedikit menggeser pengertian kaidah ataupun norma yang berlaku dalam hukum ekonomi menjadi pandangan “dengan modal sekecil-kecinya ataupun sedikit kekuasaan mendapatkan akan keuntungan sebesar-besarnya. 

Walau untuk itu harus oknum yang bersangkutan harus melupakan fungsi dan kodrat diri serta keberuntungan yang diterima sebagai abdi negara dan/atau pelayan masyarakat, bahkan harus melupakan kafasitas diri sekalipun kepada dan di hadapan Tuhan penguasa semesta alam. Kekuasaan dianggap sebagai pintu utama datangnya kekayaan yang melimpah ruah dan kehormatan yang melebihi kehormatan orang banyak atau masyarakat luas.

Jangankan urusan Pendidikan yang dianggap bersifat duniawi, bahkan mungkin dalam urusan Beribadah dan Mengabdi terhadap Tuhanpun dilakukan dengan mengharapkan keuntungan pada kehidupan akhirat kelak berada di dalam syurga dengan segala nikmat syurgawi yang diberikan melimpah ruah, merupakan suatu pikiran yang akan menjadikan kekal pemikiran hidup penuh keberuntungan dengan suatu keuntungan yang bersifat sapu jagat, yaitu pemikiran yang meyakini akan hidup kekal berada dalam keberuntungan yang kekal, sejak dari masih berada dalam kehidupan di dunia sampai dengan pada tahapan menjalani proses kehidupan akhirat kelak. 

Keberuntungan yang diperoleh dengan cara mengelola dan/atau meng-eksploitasi kekuasaan secara oftimal dan maksimal guna memanfaatkan konsep pemikiran tentang betapa mahal dan menguntungkannya harga sebuah kecerdasan. Walau untuk itu harus menerapkan suatu pemikiran yang akan dinilai masyarakat yang menganggap konsep pemikiran tersebut identik dengan keadaan sebagaimana maksud pribahasa bangsa Latin yaitu: “Homo Homini Lupus”  sebagaimana diatas.

 

 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Cerdas Itu Mahal

Terkini

Iklan